Selasa, 04 Desember 2012

Upaya Peningkatan Kesehatan Balita Melalui Pelayanan Posyandu.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang tingkat kepadatan penduduknya tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat keempat dalam hal kepadatan penduduk, akibat dari kepadatan penduduk yang tinggi, pemerintah mempunyai peran penting dalam memelihara kesejahteraan dan meningkatkan kesehatan bagi masyarakatnya.
Kesehatan sangat diperlukan oleh masyarakat Indonesia baik lapisan atas maupun lapisan bawah, tetapi yang sangat diperlukan kesehatan bagi balita, oleh karena itu pemerintah khususnya Departemen Kesehatan dan Presiden Republik Indonesia telah meluncurkan program Posyandu bagi para balita dan Gerakan Nasional Pemantauan Tumbuh Kembang Anak.
Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting bagi masyarakat khususnya bagi para balita, karena kesehatan merupakan aset atau kekayaan yang paling berharga bagi masyarakat di seluruh dunia dan kesehatan juga merupakan anugrah yang paling besar dari Allah SWT.
Namun masalah yang dihadapi oleh pemerintah adalah masyarakat yang minim akan pengetahuan kesehatan bagi balita. Oleh karena itu dari Dinas Kesehatan memberi intruksi kepada semua puskesmas khususnya pemerintah desa untuk mengadakan posyandu ke kampung-kampung dengan jangka waktu satu bulan sekali.
Berdasarkan latar belakang dalam uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk mempelajari dan mengkaji lebih dalam serta mencoba menuangkannya dengan karya tulis ilmiah dengan judul Upaya Peningkatan Kesehatan Balita Melalui Pelayanan Posyandu.
Kami berharap karya tulis ini tidak hanya bermanfaat bagi kami, tetapi bermanfaat bagi semua masyarakat khususnya bagi peningkatan kesehatan balita.


1.2  Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dikemukakan, untuk mempermudah dalam pembahasan maka rumusan masalah tersebut dapat diperinci sebagai berikut:
a.       Bagaimana peran posyandu bagi kesehatan balita?
b.      Apa kendala-kendala yang menyebabkan pelayanan posyandu kurang diminati oleh masyarakat?
c.       Bagaimana cara peningkatan kesehatan balita melalui pelayanan posyandu?

1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
a.       Untuk membei informasi kepada masyarakat mengenai peran pelayanan posyandu bagi kesehatan balita.
b.      Untuk mengetahui kendala-kendala yang menyebakan pelayanan posyandu kurang diminati oleh masyarakat.
c.       Untuk mengetahui peningkatan kesehatan balita melalui pelayanan posyandu

1.4 Kegunaan Penulisan
a.     Keguanan Secara Ilmiah
Secara ilmiah, karya tulis ini diharapkan dapat menambah dan memberi pengetahuan bagi kami dan bagi masyarakat khususnya bagi kesehatan balita.
b.     Kegunaan Secara Praktis
Secara praktis, karya tulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat yang berkesinambungan di dalam masalah kesehatan bagi balita yang melalui pelayanan posyandu. Dengan demikian, diharapkan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan bagi balita dapat meningkat. Selain itu diharapkan pula masyarakat memahami peran posyandu dalam hal peningkatan kesehata balita, sehingga tidak ada prasangka atau tudingan negatif terhadap pelayanan posyandu.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kesehatan
Kesehatan menurut para pakar ahli kesehatan merupakan kesehatan dapat diartikan hanya secara fisik atau jasmani saja, sehat itu tidak sakit, badan terasa nyaman dan enak.
Menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 Tahun 1960 BAB 1 Pasal 2 yang dimaksud dalam undang-undang ini adalah yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental), sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
Kemudian dari undang-undang tersebut diperjelas lagi dan lebih lengkap dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 BAB1 Pasal 1, yang dimaksud dengan kesehatan menurut undang-undang ini adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pada saat penciptaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1948 kesehatan didefinisikan sebagai susatu keadaan fisik, mental dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan.
Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek, ini juga merupakan tingkat efesiensi dan metabolisme organisme.
Di dalam buku “Budaya Hidup Sehat” Ir. Slamet Koentjoro Soetjipto mengemukakan bahwa kesehatan merupakan salah satu kebutuhan penting dalam hidup. Kesehatan hanya bisa berlangsung dengan baik apabila kita dalam keadaan sehat. Sebaliknya, dalam keadaan tidak sehat seseorang tidak dapat melakukan kegiatan hidup dengan baik.

2.2 Pengertian Balita
Menurut Dr.dr. Siti Fadilah Suparti, Sp. JP[K], balita (anak) adalah amanah dan karunia dari Allah SWT. Oleh karena itu, kita semua sebagai orang tua dan keluarga memikul tanggung jawab menjaga kesehatan anak, merawat, mendidik anak sedini mungkin, melindungi anak terhadap kekerasan dan tindakan lainnya serta memberi kesempatan untuk hidup tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
Balita merupakan kependekan dari anak usia di bawah lima tahun, masa balita merupakan masa atau tahap pertumbuhan anak mulai dari bayi (usia 0) sampai usia 5 tahun.
Melalui Gerakan Nasional Pemantauan Tumbuh Kembang Anak, yang dicanangkan pada tanggal 24 Juli 2005, Bapak Presiden Republik Indonesia mengajak kita semua agar memantau tumbuh kembang anak melalui sekarang untuk kehidupan masa yang lebih baik.
Untuk memantau tumbuh kembang anak, kita selaku orang tua dan keluarga bawalah anak ke posyandu, puskesmas maupun rumah sakit.

2.3 Pengertian Posyandu
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan dari keluarga berencana dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan daya dukung pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana.
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Peningkatan Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat  (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Bayi dan Ibu.

2.3.1 Landasan Hukum
a.       Undang-undang Dasar tahun 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
b.      Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
c.       Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerah otonom.
d.      Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
e.       Surat Edaran Mendagri Nomor 411.3/1116/SJ tahun 2001 tentang Revitalisasi Posyandu.
f.        Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
g.       Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457 tahun 2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
h.       Undang-undang Nomor 32 tahun 2003 tentang Pemerintah Daerah
i.         Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintah Daerah.
j.        Peraturan Pemerintah Nomor  8 tahun 2003 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
k.      Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasa Pusat Kesehatan Masyarakat.
l.         Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 131 tahun 2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional.
m.     Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
n.       PP No.7 tahun 2005 tentang RPJM.

2.3.2 Sejarah Lahirnya Posyandu
 Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian dari kesejahteraaan umum seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Departemen Kesehatan pada tahun 1975 menetapkan kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Adapun yang dimaksud dengan PKMD ialah strategi pembangunan kesehatan yang menerapkan prinsip gotong royong dan swadaya masyarakat, dengan tujuan agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri, melalui pengenalan dan penyelesaian masalah kesehatan secara lintas program dan lintas sektor terkait.
Pencanangan posyandu yang merupakan bentuk baru ini, dilakukan secara massal untuk pertama kali oleh Kepala Negara Republik Indonesia pada tahun 1986 di Yogyakarta, bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional. Sejak saat itu posyandu tumbuh dengan pesat. Pada tahun 1990, terjadi perkembangan yang sangat luar biasa, yakni dengan keluarnya Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmandagri) Nomor 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan Pembinaan Mutu Posyandu.
Melalui instruksi ini, seluruh kepala daerah ditugaskan untuk meningkatkan pengelolaan mutu Posyandu. Pengelolaan posyandu dilakulan oleh satu Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL). Posyandu yang merupakan tanggung jawab bersama antara masyrakat dengan Pemerintah Daerah (Pemda).












BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Peran Posyandu Bagi Kesehatan Balita
3.1.1 Rancangan Bangun Sistem Deteksi Gizi Buruk Pada Balita Usia Dini di Posyandu Berdasarkan Berat Badan dan Tingkat Tinggi Badan
Deteksi dini gizi buruk adalah kegiatan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita sebelum terjadinya kasus gizi buruk.. Posyandu adalah salah satu ujung tombak masyarakat dalam mendeteksi gizi buruk dengan cara melakukan kegiatan menimbang, Permasalahan yang dihadapi posyandu saat ini adalah kurangnya sarana yang terdapat di posyandu untuk kegiatan menimbang terutama permasalahan pada alat yang digunakan dan sistem informasi yang belum berjalan tepat dan cepat mulai dari posyandu hingga masyarakat. Proyek akhir ini dibuat untuk membantu posyandu dalam mendeteksi gizi buruk dengan cara membuat alat otomatis yang terdiri dari sensor SRF04 untuk mengukur tinggi, load cell untuk timbangan, dan mikrokontroller untuk pengolahan data dari sensor.
Kemudian mikrokonroller menampilkan hasil berat dan tinggi badan ke LCD. Alat dengan ketelitian 1 cm dan 100 gram ini juga dapat menampilkan hasil penimbagan posyandu di internet dan menentukan status gizi balita menggunakan pemrograman PHP dan komunikasi serial PHP untuk mengirimkan data dari alat ke internet. Sehingga informasi hasil penimbangan di posyandu dan informasi status gizi pada internet dapat membantu dalam memantau pertumbuhan gizi balita secara dini.

3.1.2   Upaya Meningkatkan Kualitas Balita Dengan Vitamin A
Kekurangan,vitamin A di kalangan balita tidak dapat lagi dianggap remeh karena bukan hanya menyebabkan kebutaan permanen, tetapi juga meningkatkan risiko kematian yang disebabkan oleh menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Fungsi vitamin A dalam tubuh seperti katalis yang memperkuat sel-sel dalam tubuh. Anak yang kekurangan vitamin A (KVA) mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia dan akhirnya kematian.
Sekitar 20 juta anak balita (bawah lima tahun) seluruh Indonesia mendapat suplemen Vitamin A dosis tinggi yang didistribusikan secara cuma-cuma sepanjang Agustus nanti
Upaya penanggulangan KVA di Indonesia, terutama bagi balita usia 6-59 bulan, dilakukan Depkes bekerja sama dengan HKI. Strategi penanggulangan yang hingga kini dilakukan dengan cara pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita dan ibu nifas.
Balita diberikan dua kali setahun, yaitu setiap Februari dan Agustus dengan dosis vitamin A 100.000 IU untuk anak usia 6-11 bulan. Dan dosis 200.000 IU untuk anak usia 12-59 bulan dan ibu nifas.
Karena itu, kata Menteri Kesehatan Achmad Sujudi, menjelang distribusi kapsul vitamin A, yaitu Februari dan Agustus, secara rutin setiap tahun, Depkes bekerja sama dengan HKI mengadakan kampanye kapsul vitamin A.
Buta senja akibat lain yang lebih serius dari kurangnya mengkomsumsi Vitamin A adalah buta senja dan manifestasi lain dari xeropthalmia (mata kering), termasuk kerusakan kornea mata dan kebutaan.
Xeropthalmia muncul akibat terjadi kekeringan pada selaput lendir dan selaput bening kornea mata. Dalam hal ini terjadi kekeringan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata.
Kekeringan berlarut-larut menyebabkan konjungtiva menebal, berlipat-lipat, dan berkerut. Pada konjungtiva tampak bercak putih seperti busa sabun (bercak Bitot).
Selanjutnya, kornea akan melunak dan terjadi luka (tukak kornea). Jika kornea telah putih atau bola mata mengempis terjadi kebutaan permanen yang tak bisa dipulihkan lagi.
Dulu ada asumsi bahwa penyakit ini sudah tidak ada lagi di Indonesia. Tapi fakta berbicara bahwa xerophtalmia masih bisa dikatakan sebagai momok mengerikan bagi anak balita.
Pada 1978-1980 Depkes, HKI, dan RS Mata Cicendo, Bandung mengadakan survei ihwal gangguan mata akibat kekurangan vitamin A. Didapat hasil bahwa prevalensi xerophtalmia status X1B sebanyak 1,2 persen, dan status X2 atau X3 sebanyak 9,8 persen per sepuluh ribu. Dari sini tergambar bahwa problem ini tergolong masalah kesehatan masyarakat.
Survei yang dilakukan kembali pada 1992 di 15 provinsi Indonesia mengungkapkan penurunan yang cukup lumayan. Prevalensi status X1B tinggal 0,33 persen. Dan tipe X2 dan X3 menjadi 0,5 per 10.000. Namun bukan berarti Indonesia terbebas dari penyakit mengerikan ini.
Siti Halati, Manajer Program HKI untuk vitamin A menambahkan xerophtalmia merupakan suatu tahap lanjutan akibat kekurangan vitamin A setelah seorang anak mengalami tahap seperti diare, kista, anemia, gangguan pertumbuhan.
Ini diawali dengan kondisi kekurangan gizi yang dibiarkan saja. Xerophtalmia sendiri bisa berakibat kebutaan kalau tak mendapat pengobatan. Seorang anak yang mendapat asupan vitamin A cukup, kalau terganggu kesehatannya hanya akan mengalami penyakit yang tidak terlalu berbahaya. Demam, cacar dan sebagainya bisa sembuh dalam waktu singkat.
Sedangkan anak yang mendapat asupan vitamin A berstatus marjinal cenderung mengidap suatu penyakit lebih lama dan berat. Dan pada anak yang memiliki status asupan vitamin A buruk, bisa terancam kebutaan dan bahkan kematian.
Survei pada 1992 itu juga menunjukkan 10 juta balita di Indonesia dinyatakan kekurangan vitamin A. Menurut Direktur HKI untuk Program Vitamin A Amy Rice, biasanya survei sejenis dilakukan setiap sepuluh tahun sekali. Baik Depkes maupun HKI belun pernah memperbaharui data tersebut. Tetapi angka kekurangan vitamin A dapat dimonitor dari angka kecukupan vitamin A melalui pola makan sehari-hari.
Krisis moneter di Indonesia yang diikuti dengan kenaikan harga bahan makanan menyebabkan semakin banyak keluarga yang tidak mampu menyediakan makanan dengan nilai kandungan Vitamin A yang cukup.
Hasil penelitian HKI tentang Kecukupan Gizi Balita 1999 memperlihatkan 50 persen atau hampir 10 juta balita Indonesia tidak mendapatkan makanan yang cukup kandungan vitamin A nya, kata Amy dengan menambahkan keadaan seperti itu ditemui di daerah perkotaan maupun pedesaan.
Mengubah pola makan hal penting yang perlu diketahui adalah suplementasi vitamin dan mineral tidak bisa untuk mengganti makanan pokok. Sepertinya pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi tersebut hanya memecahkan persoalan secara sementara saja sehingga usaha pencegahan harus menyertakan usaha untuk mengubah pola makan.
Menurut Riza, suplementasi vitamin A (kapsul biru untuk bayi berusia enam sampai 11 bulan dan kapsul merah untuk Balita berusia 12-59 bulan) dapat memenuhi kebutuhan vitamin A untuk masa empat bulan saja sehingga kebutuhan untuk dua bulan ke depannya harus dipenuhi lewat pola makan yang sehat.
bulan dan kapsul merah untuk balita berusia 12-59 bulan) dapat memenuhi kebutuhan vitamin A untuk masa empat bulan saja sehingga kebutuhan untuk dua bulan ke depannya harus dipenuhi lewat pola makan yang sehat.
Vitamin A terdapat dalam bentuk preformed vitamine A (retinol) pada makanan hewani dan provitamin A (karoten) pada makanan nabati (sayuran hijau dan buah berwarna kuning).
Angka kecukupan vitamin untuk balita adalah 350 re (retinol equivalent) per hari. Kebutuhan 350 re itu setara dengan mengomsumsi tiga butir telur ayam atau 250 gram sayur bayam per hari.
Sumber vitamin A ditemukan dalam sayuran yang relatif murah dan banyak ditemui di pasar yang berdaun hijau seperti kangkung, bayam dan daun singkong dan buah-buahan berwarna oranye tua seperti mangga, pepaya dan wortel. Vitamin A juga banyak ditemukan dalam susu, daging, hati dan telur.
Selain itu sejumlah produsen makanan seperti mi instan dan susu bubuk telah memfortifikasi produk mereka dengan vitamin A sehingga dapat menjadi sumber makanan kaya vitamin A yang baik.
Vitamin A dosis tinggi untuk mencegah kebutaan hanya bisa didapatkan melalui posyandu .
3.1.3 Pemberian Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi balita atau seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.
Macam-macam atau jenis-jenis imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi pasif yang merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit dan imunisasi aktif di mana kekebalannya harus didapat dari pemberian bibit penyakit lemah yang mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasa guna membentuk antibodi terhadap penyakit yang sama baik yang lemah maupun yang kuat.
Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik, minum atau telan. Setelah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh kita maka tubuh akan terangsang untuk melawan penyakit tersebut dengan membantuk antibodi. Antibodi itu umnya bisa terus ada di dalam tubuh orang yang telah diimunisasi untuk melawan penyakit yang mencoba menyerang.



3.2 Kendala Pelayanan Posyandu
Alasan Masyarakat Tidak Mau Datang Ke Posyandu
a.     Kurangnya sarana yang terdapat di posyandu.
b.     Kurangnya atau tidak tenaga ahli yang propesional (dokter).
c.     Tidak tersedianya obat-obatan secara keseluruhan apabila ada balita sakit keras.
d.     Kader yang jumlahnya terbatas.
e.     Ke tidak aktifannya kader di suatu program.
f.       Ditakutkan Dijadikannya mal praktek oleh bidan atau dokter yang sedang ber tugas.
g.     Trauma karena pada balita yang baru diberi imunisasi mendadak kejang-kejang dan sakit yang menyebkan para ibu trauma oleh karena itu masyarakat enggan membawa balitanya ke posyandu.
h.     Ketidak ramahannya petogas posyandu yang membuat masyarakat tidak mau dating lagi ke posyandu.
i.       Kurangnya ketepatan waktu bagi petugas posyandu (bidan, kader).
j.       Tidak optimalnya peran dan fungsi kader, bidan dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap pengunjung posyandu. 

3.3 Peningkatan Balita Melalui Pelayanan Posyandu
3.3.1 Meningkatkan Jangkauan Pelayanan Melalui Kegiatan Pelayanan Pada Hari Buka Posyandu Dan Kunjungan Rumah.
a.      Pelayanan Pada Hari Buka.
Pelayanan posyandu pada hari buka dilaksanakan dengan menggunakan 5 tahapan layanan yang biasa disebut system 5 meja. Tanpa mengurangi arti kelompok sasaran yang selama ini dilayani, yakni 3 (tiga) kelompok rawan yaitu Baduta, Balita, Ibu hamil dan Ibu menyusui, namun dengan mempertimbangkan terhadap urgensi adanya gangguan gizi yang cukup bermakna yang pada umumnya melanda anak-anak Bawah Dua Tahun (Baduta) yang bila tidak diatasi dapat menimbulkan gangguan yang tetap, maka diberikan perhatian khusus bagi Baduta agar dapat tercakup dalam pemantauan pertumbuhan dan pelayanan Posyandu.
1)      Jenis pelayanan yang minimal perlu diberikan kepada anak (balita dan baduta), adalah :
·        Penimbangan untuk memantau pertumbuhan anak, perhatian harus  diberikan secara khusus terhadap anak yang selama 3 kali penimbangan pertumbuhannya tidak cukup naik sesuai umurnya (lebih rendah dari 200 gram/bulan) dan anak yang pertumbuhannya berada di bawah garis merah KMS.
·        Pemberian Makanan Pendamping ASI dan Vit.A dua kali setahun.
·        Pemberian PMT untuk anak yang tidak cukup pertumbuhannya (kurang dari 200 gram/bulan) dan anak yang berat badanya berada dibawah garis merah KMS.
·        Memantau atau melakukan pelayanan Imunisasi dan tanda-tanda lumpuh layuh.
·        Memantau kejadian ISPA dan Diare, serta melakukan rujukan bila diperlukan.
2)      Paket Pelayanan Pengembangan atau pilihan, adalah paket layanan yang dapat ditambahkan atau dikembangkan bagi Posyandu yang telah mapan. Paket kegiatan pilihan ini merupakan perluasan kegiatan Posyandu yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat/kelompok sasaran di daerah, yang meliputi tambahan berbagai program, antara lain :
·        Program Pengembangan Anak Dini Usia (PADU) yang diintegrasikan Dengan Program Bina Keluarga Balita (BKB) dan kelompok bermain lainnya.
·        Program Dana Sehat/atau JPKM dan sejenisnya, seperti TABULIN, TABUMAS dan sebagainya.
·        Program Penyuluhan Penanggulangan penyakit endemis setempat seperti malaria, demam berdarah dengue (DBD), gondok endemic dan lain-lain.
·        Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLB).
·        Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
·        Program Diversifikasi Pertanian Tanaman Pamngan.
·        Program sarana air minum dan jamban keluarga (SAMIJAGA) dan perbaikan lingkungan pemukiman.
·        Pemanfaatan pekarangan.
·        Kegiatan ekonomis produktif, seperti usaha simpan pinjam dan lain-lain.
·        Dan kegiatan lainnya seperti : TPA, Pengajian, Taman Bermain, Arisan, Peragaan Teknologi Tepat Guna dan sejenisnya.
3)      Pelayanan Ibu Hamil dan Ibu Menyusui
Bagi ibu hamil dan menyusui, pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan baik oleh Bidan Desa maupun tenaga Kesehatan dari Puskesmas di Meja V saat Posyandu buka, berupa :
a)      Ibu hamil
·        Pemeriksaan kehamilan.
·        Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang mengalami KEK.
·        Pemberian tablet tambah darah .
·        Penyuluhan gizi dan kesehatan reproduksi.
b)     Ibu menyusui
·        Pemberian Vit. A.
·        Pemberian Makanan Tambahan.
·        Pelayanan nifas dan pemberian tablet tambah darah.
·        Penyuluhan tentang pemenuhan gizi selama menyusui, pemberian ASI eksklusif, perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir.
·        Pelayanan KB.
b.      Pelayanan Dengan Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah dilakukan oleh kader dan bila perlu didampingi oleh pendamping dari tenaga kesehatan atau tokoh masyarakat maupun unsur LSM sebelum dan sesudah hari buka Posyandu.
Kegiatan yang dilakukan dalam kunjungan rumah meliputi :
1)      Menyampaikan undangan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka.
2)      Mengadakan pemutahiran data bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pemetaan keluarga miskin.
3)      Intensifikasi penyuluhan gizi dan kesehatan dasar.
4)      Melakukan tindak lanjut temuan pada hari buka Posyandu dengan pemberian PMT.
5)      Pemantauan status imunisasi dan lumpuh layuh.
6)      Dengan dukungan tenaga kesehatan dan tokoh masyarakat melakukan kampanye pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan dari Puskesmas dan dapat membentuk kegiatan Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak.
Sasaran pelayanan posyandu adalah seluruh masyarakat diwilayah kerjanya, utamanya Bayi, Anak Balita. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui  dan Pasangan Usia Subur (PUS). Dalam melaksanakan kegiatanya dilakukan sebulan sekali. Ada 5-6 Kegiatan pelayanan yang ada di Posyandu  setiap bulannya yaitu
a.       Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak berupa pelayanan ibu hamil, pelayanan ibu nifas dan ibu menyusui, serta Pelayanan Bayi dan balita.
b.      Keluarga Berencana dimaksukan agar keluarga mempunyai perencanaan dalam  berketurunan.
c.       Imunisasi dimaksudkan untuk meningkatkan status kekebalan balita terhadap pernyakit yang mematikan.
d.      Gizi (UPGK) yang lebih dikenal dengan program pemantaun pertumbuhan berat badan balita yang menggunakan sistem lima meja (Pendaftaran, Penimbangan, Pencatatan Hasil Penimbangan, konseling dan Pembagian Paket Pertolongan Gizi). Hasil disamping dapat memberikan gambaran pertumbuhan balita secara induvidu juga dapat memberikan gambaran pertumbuhan balita pada tingkat wilayah, yang dapat digunakan sebagai indikator kerawanan pangan  ditingkat rumah tangga.
e.       Pencegahan dan Penanggulangan Diare
f.        Pengobatan kesehatan
Kegiatan-pelayanan di Posyandu ini, semua bersifat tehnis medis-kesehatan, artinya kedudukan Posyandu terhadap Puskesmas adalah sebagai penanggung jawab pembangunan kesehatan di wilayah kerja posyandu, hanyalah sebagai penanggung jawab teknis medis-kesehatan. Puskesmas itu sendiri adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan Kabupaten (kota) yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pembangunan kesehatan di Kecamatan.

3.3.2   Peningkatan Status Gizi Balita Malalui Palayanan Posyandu
Peningkatan status kesehatan dan gizi balita melalui posyandu semakin cepat paningkatanya yaitu seprti dalam peningatan status gizi balita dimana indeks status menunjukan peningkatan jumlah balita yang status gizi normal dari 33,8% menjadi 40,7% dan penurunan jumlah balita yang status gizi buruk dari 4,6% menjadi 3,8%.
Cara peningaktan gizi balita melalui posyandu dengan cara :
a.       Pemberian makanan tambahan untuk balita setiap kunjungan posyandu. Makanan tambahan yang biasanya diberikan oleh kader Posyandu , dari pihak Isuzu Group menambahkan jumlah dan jenis makanan yang diberikan.
b.      Pemantawan setiap bulanya dengan cara di timbang berat dan tinggi  badan balita dengan mengunakan kartu pedoman seperti:
Rangkaian bantuan yang diberikan Isuzu Group secara resmi pada tanggal 23 Desember 2009. Diharapkan partisipasi Isuzu Group dalam program posyandu ini dapat berkontribusi positif untuk meningkatan kesehatan ibu dan anak atau balita sehingga terwujud visi posyandu.

3.3.3   Cara Mengatasi Penyakit Yang Sering Di Derita Anak.
a.       Penyakit Batuk 
Cara mengatasi penyakit batuk antara lain :
1)      beri Asi lebih bayak dan lebih sering
2)      beri anak minum air matang yang banyak
3)      pada anak umur 1tahun ke atas beri kecap manis di cam,pur mady dan air jeruk nipis
4)      bawa anak ke puskesmas jika batuk tidak sembuh dalam 2hari.
b.      Penyakit Diare
Cara mengatasi penyakit diare antara lain :
1)      beri asi lebih banyak dan sering
2)      beri anak oralit , air mata dan ait the hijau .
3)      bawa ke pus kesmas jika diare tidak sembuh, malas minum mata anak cekung anak rewel dan ada darah dalam tinja.
c.       Penykit Demam
Cara mengatasi penyakit demam dengan cara :
1)      beri asi lebih bayak dan lebih sering
2)      beri anak cairan lebih bayak dari biasa
3)      jangan di beri pakayanb yang tebal atau selimut tebal
4)      kompres anak dengan air biasa atau air hangat jangan di kompres degan air karena menyebabkan tubuh anak menjadi mengigil ( ngdrop)
5)      pada demam tinggi anak beri obat penrun panas sesuai aturan petugas kesehatan, bidan , dokter seperti obat parasetamol
6)      usahakan tidur palai kelambu untuk menghindari gugitan nyamuk
7)      bawa anak ke puskesmas jika anak demam tidak turun selam 2 hari
8)      pemberian nasihat tentang makan bergizi bagi balita dan cra memasak makanan untuk balita.
Untuk mempunyai anak yang sehat dan kuat maka kita selaku orang tua dan keluarga harus bisa memberikan makanan yang dan bergizi.
Berikut conto makan bergizi dan sehat bagi balita yang umurya kurang dari 2tahun(baduta) dan bahan bahan makananya :
·        Bubur Susu
Bahan bahan :
-         dua sendok makan tepung beras
-         dua sendok guka pasir
-         satu sendok makan susu bubuk
·        Nasi Tim Bayi
Bahan bahan :
-         dua sendok makan peras beras
-         satu potong tempe, telur, kacang kacangan, cingcang daging ayam dll
-         sayur sayuran hijau
-         2-3 gelas air , satu sendok mmiyak kelapa dan 2 sendok santan kental
-         Garam secukupya.
Hasil dari pemberian makanan sehat dan bergizi maka peningatan status gizi balita dimana indeks status menunjukan peningkatan jumlah balita yang status gizi normal dari 33,8% menjadi 40,7% dan penurunan jumlah balita yang status gizi buruk dari 4,6% menjadi 3,8%.













BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a.     Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan dari keluarga berencana dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan daya dukung pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana.
b.     Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi balita atau seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
c.     Cara peningaktan gizi balita melalui posyandu dengan cara :
-          Pemberian makanan tambahan untuk balita setiap kunjungan posyandu. Makanan tambahan yang biasanya diberikan oleh kader Posyandu , dari pihak Isuzu Group menambahkan jumlah dan jenis makanan yang diberikan.
-         Pemantawan setiap bulanya dengan cara di timbang berat dan tinggi  badan balita dengan mengunakan kartu pedoman seperti:
Rangkaian bantuan yang diberikan Isuzu Group secara resmi pada tanggal 23 Desember 2009. Diharapkan partisipasi Isuzu Group dalam program posyandu ini dapat berkontribusi positif untuk meningkatan kesehatan ibu dan anak atau balita sehingga terwujud visi posyandu.





4.2 Saran
a.    Orang tua lebih meningkatkan pengawasan Kesehatan terhadap anak.
b.    Orang tua lebih memberikan perhatiannya sesuai dengan usia anak.
c.    Diharapkan setelah membaca KTI ini orang tua lebih meningkatkan perhatian terhadap 
      kesehatan anak.
















DAFTAR PUSTAKA

-         http://posyandu.org/